Roy Kiyosaki Ajarkan Kelas Menengah Berhenti Beli 5 Hal Ini!

Pemahaman Dasar tentang Kekayaan dan Keuangan
Robert Kiyosaki, penulis buku terlaris "Rich Dad Poor Dad", memberikan wawasan penting bagi kelas menengah mengenai tantangan yang mereka hadapi dalam membangun kekayaan. Sebagai seorang pengusaha dan ahli keuangan, ia menunjukkan bahwa banyak orang melakukan langkah-langkah finansial yang justru menghambat pencapaian kekayaan sejati.
Menurutnya, "Orang miskin dan kelas menengah bekerja untuk uang. Sedangkan, orang kaya memiliki uang untuk bekerja bagi mereka." Filosofi ini menjadi dasar pemahaman mengapa cara kelas menengah menghabiskan uang dapat menghambat pembangunan kekayaan. Pendekatan Kiyosaki terhadap keuangan berfokus pada perbedaan antara aset dan kewajiban. Ia menjelaskan bahwa aset adalah sesuatu yang bisa "memasukkan uang ke saku saya", sedangkan kewajiban akan "mengeluarkan uang dari saku saya".
Lima Hal yang Harus Dihentikan oleh Kelas Menengah
1. Berhenti Membeli Rumah Impian yang Terlalu Besar
Kiyosaki menantang anggapan umum bahwa rumah adalah aset. Ia berpendapat bahwa tempat tinggal utama justru merupakan kewajiban karena menguras arus kas. Pembayaran cicilan, pajak properti, serta biaya pemeliharaan semua mengurangi uang di rekening Anda. Meskipun harga rumah bisa naik, keuntungan itu tidak langsung menghasilkan pendapatan bulanan kecuali Anda menjual atau melakukan pembiayaan ulang.
Ia tidak melarang kepemilikan rumah, tetapi menyarankan untuk memprioritaskan investasi properti yang menghasilkan pendapatan sebelum membeli tempat tinggal utama. Properti sewaan bisa memberikan arus kas bulanan dan potensi apresiasi. Setelah memiliki pendapatan pasif yang cukup, barulah pertimbangkan membeli rumah sesuai kemampuan aset Anda.
2. Berhenti Membeli Mobil Mahal dan Barang Konsumsi yang Menguras Kekayaan
Banyak kelas menengah menganggap mobil mahal sebagai simbol kesuksesan. Namun, mobil baru cepat mengalami depresiasi dan menghasilkan kewajiban keuangan tanpa imbalan. Orang kaya cenderung menggunakan kendaraan sederhana yang andal, sementara uang yang seharusnya digunakan untuk mobil dialokasikan ke investasi seperti saham atau bisnis.
Prinsip ini berlaku untuk barang konsumtif lainnya. Alih-alih membeli ponsel terbaru atau furnitur mahal, Kiyosaki menyarankan untuk menginvestasikan uang tersebut ke aset yang menghasilkan arus kas.
3. Hentikan Membeli Pendidikan Tinggi yang Terlalu Mahal Tanpa Keuntungan Finansial
Meskipun pendidikan memiliki nilai, Kiyosaki mempertanyakan apakah gelar mahal benar-benar memberikan hasil yang sepadan. Ia menekankan bahwa pikiran manusia adalah aset terkuat. Sistem pendidikan sering kali tidak memberikan pelatihan literasi keuangan yang penting.
Kiyosaki menyarankan pendidikan mandiri melalui bacaan, seminar, dan pengalaman praktis. Ia menekankan bahwa gelar hanya bernilai jika secara langsung meningkatkan potensi penghasilan. Jangan mengejar pendidikan mahal hanya karena dianggap penting, karena bisa berujung pada utang tanpa manfaat yang proporsional.
4. Berhenti Membeli Simbol Status untuk Menjaga Penampilan
Tekanan untuk menjaga penampilan seringkali membuat kelas menengah menghabiskan uang untuk barang-barang mewah. Mobil mewah, pakaian desainer, dan liburan mahal bisa meningkatkan citra sosial, tetapi seringkali merugikan keuangan jangka panjang.
Orang kaya hidup di bawah kemampuan mereka dan fokus pada membangun aset. Mereka memahami bahwa kekayaan sejati berasal dari arus kas dan kekayaan bersih, bukan penampilan luar. Kiyosaki menyatakan bahwa "kemewahan sejati adalah imbalan atas investasi dan pengembangan aset riil."
5. Berhenti Membeli Barang Mewah Sebelum Membangun Fondasi Aset Anda
Pola pikir kelas menengah sering kali mengutamakan pembelian barang mewah sebelum membangun aset. Kiyosaki menyatakan bahwa orang kaya membeli barang mewah terakhir, sementara kelas menengah cenderung membeli terlebih dahulu.
Pola ini menghambat pembangunan kekayaan. Orang kaya terlebih dahulu membangun aset yang menghasilkan pendapatan pasif, baru kemudian menggunakan arus kas untuk membeli barang mewah. Ini memungkinkan mereka menikmati kehidupan nyaman tanpa mengorbankan keamanan finansial.
Dengan mengubah pola pikir dan memprioritaskan aset yang menghasilkan arus kas, kelas menengah dapat lebih mudah mencapai kekayaan sejati.