Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengintip Aksi Ultraman di Pusat Perbelanjaan saat Fenomena Rojali-Rohana

Featured Image

Fenomena Rombongan Jarang Beli dan Rombongan Hanya Nanya di Mal

Akhir pekan sering kali menjadi waktu yang tepat untuk menghabiskan waktu bersama keluarga atau orang terdekat. Salah satu tempat favorit untuk beraktivitas adalah pusat perbelanjaan. Meskipun situasi ekonomi saat ini sedang tidak stabil, banyak masyarakat tetap memilih mal sebagai destinasi untuk berbelanja, makan, menonton film, atau sekadar berkumpul.

Namun, belakangan ini muncul fenomena yang cukup mengkhawatirkan bagi pelaku usaha di dalam mal, yaitu rombongan jarang beli (rojali) dan rombongan hanya nanya (rohana). Fenomena ini terjadi di berbagai pusat perbelanjaan dan membuat para pengusaha khawatir karena pengunjung lebih banyak mencari informasi atau sekadar berada di dalam mal tanpa melakukan pembelian.

Untuk memahami lebih dalam tentang fenomena ini, IDN Times melakukan observasi di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta Garden City (JGC), Cakung, Jakarta Timur. Pada hari Minggu (27/7/2025), terlihat pengunjung ramai di setiap lantainya. Banyak orang tua membawa anak-anak mereka ke mal, sementara pasangan muda juga tampak sibuk mencari sesuatu untuk dibeli atau mencari tempat makan sesuai mood mereka.

Salah satu pasangan yang ditemui oleh IDN Times adalah Iwan dan Syifa, pasangan muda yang baru menikah sebulan lalu. Mereka mengaku hanya ingin makan dan mampir ke tempat photobox di dalam mal. "Hari ini ke sini sih emang cuma mau makan, habis itu ke Selfie Time," kata Syifa.

Cara Mal 'Memaksa' Pengunjung Berbelanja

Pihak mal tidak kehabisan akal untuk memancing pengunjung agar berbelanja. Salah satunya dengan menggelar event meet and greet dengan Ultraman. Event ini bekerja sama dengan tenant bioskop dan importir film Ultraman yang sedang tayang. Banyak anak kecil yang meminta orang tuanya untuk ikut dalam acara tersebut.

Namun, event ini tidak gratis. Untuk bisa mengikuti meet and greet, pengunjung harus menunjukkan bukti pembayaran minimal Rp500 ribu di seluruh tenant mall atau minimal Rp300 ribu berbelanja merchandise Ultraman di area pameran. Beragam merchandise seperti sepatu kolaborasi dengan Precise, action figure Ultraman, kaos, jam dinding kolaborasi dengan Seiko, dan kartu koleksi dijual dengan harga mulai dari Rp100 ribuan hingga Rp700 ribuan.

Meet and greet digelar dalam empat kesempatan dalam sehari, yaitu pukul 13.00 WIB, 15.00 WIB, 18.00 WIB, dan 20.00 WIB. Saat acara berlangsung, antrean sudah mengular sejak sebelum pukul 13.00 WIB dan didominasi oleh anak-anak. Beberapa orang dewasa juga ikut dalam antrean tersebut, terutama para penggemar Ultraman.

Foodcourt Masih Jadi Tempat Paling Ramai

Setelah menghadiri event meet and greet, IDN Times kemudian melihat kondisi foodcourt di lantai paling atas. Benar saja, foodcourt terlihat sangat ramai dengan pengunjung yang duduk menikmati makanan dan minuman yang mereka pesan. Hampir semua gerai makanan di area foodcourt sibuk melayani pengunjung. Petugas kebersihan tak henti membersihkan meja untuk menyambut pengunjung berikutnya.

Selain foodcourt, restoran-restoran di lantai lainnya juga terlihat cukup ramai. Gerai penjual alat-alat olahraga multibrand juga ramai karena memberikan diskon buy one get one pada salah satu produknya. Namun, kondisi ini berbeda jauh dengan gerai-gerai yang menjual barang-barang seperti jam tangan, peralatan elektronik, gawai, parfum, dan pakaian yang terlihat sepi.

Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja, pola belanja konsumen saat ini lebih selektif dibandingkan sebelumnya. Konsumen cenderung tidak membeli barang yang tidak diperlukan dan lebih memilih produk dengan harga satuan yang murah.

Fenomena Rojali dan Rohana Sudah Ada Sejak Lama

Alphonzus mengatakan bahwa fenomena rojali dan rohana bukanlah hal baru. "Sebetulnya kan bukan hal yang baru. Rojali itu kan bukan kali ini saja terjadi. Kan sebelum-sebelumnya sudah terjadi, cuma saja intensitas jumlahnya yang berbeda dari waktu ke waktu."

Meski jumlah kunjungan ke pusat perbelanjaan meningkat, tidak ada korelasi dengan jumlah transaksi. Data APBBI menunjukkan bahwa jumlah kunjungan tetap naik meskipun tidak signifikan, tetapi yang berubah adalah pola belanja konsumen.

Daya Beli Melemah

Menurut Alphonzus, daya beli masyarakat melemah karena dua faktor utama. Bagi konsumen dari kalangan menengah bawah, pelemahan daya beli menjadi penyebab utama. Sementara itu, konsumen menengah atas lebih berhati-hati dalam berbelanja karena lebih fokus pada investasi.

Prediksi Pemulihan Ekonomi pada Semester II-2025

Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA), David Sumual, juga menyampaikan pandangannya. Menurutnya, fenomena rojali terlihat di mal-mal karena menurunnya konsumsi kalangan menengah. Big data BCA menunjukkan bahwa belanja masyarakat sejak awal tahun hingga Juni 2025 mengalami tren penurunan, terutama pada konsumen kelas menengah atas.

David meyakini bahwa kondisi akan membaik pada semester II-2025. Hal ini didukung oleh meredanya faktor eksternal seperti tarif Trump dan geopolitik, serta kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk mendongkrak daya beli masyarakat.