Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Amartha Bantu Perempuan UMKM Tingkatkan Ekonomi Desa

Featured Image

Masalah Pelik Modal Usaha bagi Pengusaha Ultra Mikro

Setiap pagi, suara penjaja gorengan mengisi keheningan kompleks perumahan. Ibu penjaja ini bangun sejak pukul 4 pagi untuk melaksanakan sholat subuh, lalu menyiapkan dagangan dan mulai berjualan pada pukul 6 pagi. Dalam kehidupan sehari-hari, ia menjalani ritual yang berulang, tetapi tidak semua pengusaha memiliki kemudahan seperti itu.

Modal usaha sering menjadi tantangan utama. Saya pernah menghadapi situasi serupa saat membuat camilan bolu gulung dan bitterballen. Setiap hari, produksi harus disetorkan ke toko pengepul sebelum pukul 7 pagi. Jika terlambat, produk akan terancam basi dan tidak bisa dijual. Untuk memenuhi pesanan yang meningkat, saya sering menggunakan tabungan atau meminjam dari kerabat. Namun, bagaimana jika pesanan tiba-tiba meningkat 10 kali lipat?

Kondisi ini sering dialami oleh pengusaha ultra mikro. Mereka harus menghadapi tekanan finansial yang tinggi, terutama ketika pesanan mendadak bertambah drastis. Contohnya, saya pernah menerima pesanan 3.000 bolu gulung dalam seminggu. Tanpa modal tambahan, sulit untuk memenuhi permintaan tersebut. Tidak hanya bahan baku, tetapi juga tenaga kerja dan alat produksi diperlukan.

Dalam situasi seperti ini, banyak pengusaha mencari solusi alternatif. Beberapa menawarkan kredit tanpa agunan (KTA) yang bisa cair cepat. Namun, risiko tetap ada. Jika pesanan tidak berlanjut, cicilan pinjaman bisa menjadi beban berat. Akhirnya, saya memilih menolak pesanan tersebut karena tidak mampu memenuhinya.

Pengalaman ini mengingatkan saya pada Amartha, sebuah perusahaan teknologi yang mengadopsi model Grameen Bank. Sudah lama saya mendengar tentang perusahaan ini, terutama karena Andi Taufan Garuda Putra, pendirinya. Pada tahun 2010, Amartha memberikan modal usaha kepada lima orang peminjam di Desa Ciseeng, Kabupaten Bogor. Kini, lebih dari 3,3 juta UMKM di seluruh Indonesia telah menerima pinjaman modal usaha.

Amartha berkembang menjadi lembaga keuangan mikro yang berfokus pada keuangan digital inklusif. Perusahaan ini telah mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hingga saat ini, total modal usaha yang disalurkan mencapai 35 triliun rupiah. Mayoritas penerima adalah perempuan UMKM, termasuk ultra mikro, yang tersebar di lebih dari 50.000 desa.

Pendanaan Berdampak pada Komunitas Tanggung Renteng

Salah satu contoh sukses Amartha adalah Ibu Lina Herlianti, pemilik usaha minuman sari lemon "Master Lemon". Ibu Lina awalnya merasa sayang melihat buah lemon sisa sortiran yang harus dibuang. Ia pun mencoba membuat minuman dari buah-buah tersebut. Hasilnya memuaskan, dan ia mulai menjual produk dengan brand "Master Lemon" pada tahun 2016.

Ibu Lina sangat waspada terhadap riba. Ia memilih untuk mengelola usahanya sendiri dan tidak ingin terjerat utang dari bank atau rentenir. Ketertarikannya pada Amartha datang setelah mengetahui sistem komunitas tanggung renteng. Sistem ini memungkinkan anggota saling membantu dalam membayar cicilan pinjaman. Jika ada anggota yang gagal bayar, anggota lain akan menanggung beban tersebut.

Komunitas tanggung renteng lebih mudah diterapkan di pedesaan, karena masyarakat masih saling percaya. Nilainya lebih tinggi daripada agunan berupa benda, karena berbasis kepercayaan. Semangat ini membuat komunitas Ibu Lina berjalan lancar, dengan anggota yang disiplin dalam membayar cicilan.

Hasilnya sangat nyata. Omzet Master Lemon meningkat, dan jumlah reseller baru bergabung. Promosi digital dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan juga membantu perkembangan bisnis ini.

Direktur Muda Bernama Sherly Novita

Sherly Novita, seorang perempuan muda yang menjadi pemilik usaha aksesori rajutan, adalah contoh lain dari keberhasilan Amartha. Pada usia 25 tahun, ia sudah memiliki omzet dua digit per bulan. Sejak bergabung dengan Amartha, omzetnya meningkat pesat, dan kini ia memiliki tiga pekerja.

Sherly tertarik pada rajutan karena lingkungan sekitarnya banyak perajut senior. Ia mengembangkan kreativitasnya dan menawarkan produk yang diminati konsumen. Produknya, S.N. Collection, kini tersedia di destinasi wisata seperti D'Castello Ciater.

Investasi Celengan Amartha

Banyak UMKM perempuan di Indonesia, terutama di pedesaan, sering terjerat praktik rentenir yang menetapkan bunga tidak wajar. Banyak dari mereka tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan pinjaman dari bank karena tidak memiliki agunan. Padahal, budaya komunitas tanggung renteng bisa menjadi solusi.

Amartha menawarkan investasi melalui Celengan, sebuah layanan yang aman dan terdaftar di OJK. Dengan investasi ini, kita bisa mendukung perekonomian pedesaan dan membantu mewujudkan SDGs. Dari pedesaan, quote Bung Karno bisa diterapkan: "Beri aku 10 perempuan pengusaha UMKM, niscaya akan ku tingkatkan perekonomian pedesaan."