Volatilitas Kripto Diprediksi Naik dalam Waktu Dekat

Seconds.id - Kripto diprediksi akan mengalami fluktuasi yang cepat dalam nilai nya secara singkat ini sambil menunggu beberapa pengumuman tentang data keuangan.
Analisis dari Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengatakan bahwa beberapa pekan mendatang, perkiraan pergerakan pasar cryptocurrency akan banyak dipengaruhi oleh pengumuman data ekonomi dan keputusan bank sentral, terutama di Amerika Serikat. Bahkan pada minggu ini sendiri, para pelaku pasar sedang memperhatikan berbagai informasi vital termasuk laporan tentang laju pertumbuhan ekonomi AS untuk triwulan pertama (PDB), dengan prediksi pertumbuhan mungkin mencapai sekitar 0,3%. Selain itu ada juga data inflasi core PCE dan melaporannya tentang kondisi tenaga kerja terkini.
Informasi-informasi tersebut akan mengarahkan keputusan tingkat suku bunga milik Federal Reserve. Apabila data yang diperoleh mencerminkan perlambatan perekonomian atau tidak sesuai dengan harapan, para pedagang dapat menduga bahwa The Fed mungkin akan bertindak secara lebih dovish, contohnya dengan meningkatkan langkah pengurangan suku bunganya.
Skenario tersebut umumnya memiliki dampak positif pada aset berisiko seperti kripto, sebab biaya pembiayaan turun dan likuiditas meningkat. Di sisi lain, apabila data ekonomi ternyata jauh melebihi estimasi, pasar mungkin akan khawatir tentang kemungkinan kebijakan moneternya semakin diperketat, hal itu bisa membawa tekanan terhadap harga kripto secara singkat.
Dengan konteks demikian, volatilitas di pasar diproyeksikan akan naik mengingat agenda pengumuman data ekonomi yang mendekati. Ini disebabkan oleh fakta bahwa para investor perlu mempertimbangkan campuran informasi baik dari sisi optimistis seperti penurunan ketegangan perdagangan internasional serta pesimisme akibat indikator-indikator perlambatan perekonomian.
"Menariknya, Bitcoin menunjukkan ketahanan di tengah dinamika ini," ujarnya kepada Seconds.id.co.id, Rabu (30/4).
Awal pekan ini, Bitcoin masih mampu bertahan di kisaran US$ 95.000, meskipun data manufaktur AS (Dallas Fed Index) anjlok ke level terendah sejak 2020. "Ini menunjukkan bahwa sebagian pelaku pasar mungkin sudah mengantisipasi pelemahan ekonomi dan justru mulai fokus pada peluang stimulus atau pemangkasan suku bunga," lanjutnya.
Pada masa depan antara tengah tahun sampai akhir 2025, perkiraan terus adanya tren naik dalam pasar cryptocurrency, asalkan kondisi ekonomi secara umum mendukung.
Secara tradisional, tahun-tahun sesudah peristiwa pengurangan separuh Bitcoin biasanya merupakan masa di mana harga naik dengan signifikan, seringkali meraih titik tertingginya hingga akhir tahun itu sendiri. Berdasarkan pola siklus sebelum-sebelumnya, puncak kenaikan harga diperkirakan akan tercapai pada akhir tahun 2025.
Berbagai prediksi positif pun bermunculan, seperti studi dari Standard Chartered yang mengestimasi bahwa nilai Bitcoin dapat meroket hingga US$ 120.000 di kuartal kedua dan kemungkinan besar akan menyentuh angka US$ 200.000 sebelum akhir tahun ini.
Ramalan agresif tersebut didasarkan pada anggapan bahwa baik permintaan dari lembaga maupun individu di pasaran akan semakin bertambah dengan perbaikan kondisi ekonomi. Namun demikian, lanjut dia, skenario optimis ini sangat sensitif terhadap kemungkinan adanya gangguan tak terduga, misalnya konflik geopolitikal tiba-tiba atau aturan baru yang membekukan aktivitas dalam industri crypto.
"Tetapi meski dalam skenario yang paling konservatif pun, banyak pakar setuju bahwa angka psikologis US$ 100.000 cukup mungkin diraih dan dilewati apabila kecenderungan saat ini terus berlanjut," tambahnya.